Minggu, 12 Februari 2012

Teori-Teori Motivasi


Teori Motivasi
1.      Teori Kepuasan
Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya. Teori ini dipelopori oleh F. W. Taylor, Abraham Maslow, McClelland, Frederick Herzberg, Claynton P. Alderfer dan Douglas McGregar.
a.      F. W. Taylor dengan Teori Motivasi Konvensional
Teori motivasi konvensional ini termasuk content theory, karena F.W. Taylor memfokuskan teorinya pada anggapan bahwa keinginan untuk pemenuhan kebutuhannya yang menyebabkan orang mau bekerja keras. Dengan teori ini, dapat disebutkan bahwa seseorang akan mau berbuat atau tidak berbuat didorong oleh ada atau tidak adanya imbalan yang akan diperoleh yang bersangkutan.
b.      Abraham H. Maslow dengan Teori Hierarkhi
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow mengemukakan bahwa manusia itu dapat diklasifikasikan kedalam lima hierarki kebutuhan yaitu:
1.      Kebutuhan Fisiologis (physiological). Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga kebutuhan psikologis (physiological needs), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari kematian. Kebutuhan ini merupakan tingkat paling dasar yang diperkenalkan oleh Maslow. Kebutuhan paling dasar ini berupa kebutuhan akan makan, minum, pakaian, rumah, dan lain sebagainya.
2.      Kebutuhan rasa aman (safety). Menurut Maslow, setelah kebutuhan tingkat dasar terpenuhi, maka seseorang berusaha memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Kebutuhan ini akan dirasakan mendesak setelah kebutuhan pertama terpenuhi. Contohnya seperti menjadi anggota jasa asuransi.
3.      Kebutuhan hubungan sosial (affiliation). Kebutuhan sosial yang sering pula disebut dengan sosial needs, atau affiliation needs, merupakan kebutuhan tingkat ketiga dari Maslow. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan ini hanya dapat terpenuhi bersama masyarakat, karena memang orang lainlah yang dapat memenuhinya, bukan diri sendiri. Misalnya, setiap orang normal butuh kasih saying, dicintai, dihormati, diakui keberadaannya oleh orang lain.
4.      Kebutuhan pengakuan (esteem). Setiap orang yang normal membutuhkan penghargaan diri dan penghargaan prestise diri dari lingkungannya. Semakin tinggi status dan kedudukan seseorang semakin tinggi pula kebutuhan akan prestise diri yang bersangkutan. Penerapan pengakuan dan penghargaan diri ini biasanya terlihat dari kebiasaan orang untuk menciptakan simbol-simbol, yang dengan simbol itu kehidupannya dirasa lebih berharga. Dengan simbol-simbol itu dia merasa bahwa statusnya meningkat dan dirinya sendiri disegani dan dihormati orang. Simbol-simbol dimaksud berupa: bermain tenis, golf, merk sepatu/jam tangan, tempat belanja, merk mobil dan sebagainya.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri (self actualiszation). Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. Dalam kondisi ini seseorang ingin memperlihatkan kemampuan dirinya secara optimal di tempat masing-masing.
c.       David Mc. Clelland dengan Teori Motivasi Prestasi
Teori yang dikemukakan oleh David Mc. Clelland disebut juga dengan teori motivasi prestasi. Menurut teori ini, ada tiga komponen dasar yang dapat digunakan untuk memotivasi orang bekerja, yaitu kebutuhan akan:
1.      Need for Achievement. Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah laku pada uasaha untuk mencapai prestasi tertentu.
2.      Need for Affiliation. Merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mangadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.
3.      Need for Power. Kebutuhan untuk menguasai dan memengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini, menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memedulikan perasaan orang lain.
d.      Frederick Herzberg dengan Teori Model dan Faktor
Teori ini merupakan pengembangin dari teori hierarki kebutuhan Maslow. Menurut teori pemeliharaan motivasi ini ada dua faktor yang memengaruhi kondisi pekerjaan seseorang yaitu:
1.      Faktor pemeliharaan (maintenance factors). Faktor pemeliharaan adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya, orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi, lalu makan lagi, dan sterusnya.
2.      Faktor motivasi (motivation factors). Faktor motivasi menyangkut kebutuhan psikologis seseorang akan perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya ruangan yang nyaman dan penempatan yang tepat.
e.       Clayton P. Alderfer dengan Teori ERG
Calyton P. Alderfer mengemukakan teori-teorinya dengan nama teori ERG (existence, relatedness, growth). Teori ini merupakan modifikasi dari teori hierarki kebutuhan Maslow. Dimaksudkan untuk memperbaiki beberapa kelemaham Maslow. Dalam memodifikasi ini memanfaatkan kelima tingkat kebutuhan Maslow menjadi tiga macam kebutuhan saja, yaitu:
1.      Existence (keberadaan). Existence merupakan kebutuhan sesorang untuk dapat dipenuhi dan terpeliharanya keberadaan yang bersangkutan sebagai seorang manusia di tengah-tengah masyarakat atau perusahaan. Existence ini meliputi kebutuhan psikologi (rasa lapar, haus, tidur) dan kebutuhan rasa aman. Oleh karena kebutuhan ini amat mendasar untuk dipenuhi dengan sebaik-baiknya, agar konsentrasi pikiran dan perhatian karyawannya terpusat untuk melaksanakan pekerjaan.
2.      Relatedness (kekerabatan). Kekerabatan merupakan keterkaitan antara seseorang dengan lingkungan sosial sekitarnya. Setiap orang dalam hidup dan pekerjaannya selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam teori kekerabatan ini mencakup semua kebutuhan yang melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain. Mereka akan terlibat pada kegiatan saling menerima, memberi pengertian dan sebagainya yang merupakan proses kekerabatan. Kebutuhan ini sebanding dengan kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial dan sebagian kebutuhan prestise dalam teori Maslow. Seorang pemimpin yang mempunyai bawahan haruslah memerhatikan kebutuhan kekerabatan ini yang terdapat pada diri setiap orang dan berupaya untuk memenuhinya dengan semampunya.
3.      Growth (pertumbuhan). Kebutuhan akan pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi diri seseorang seperti pertumbuhan kreativitas dan pribadi. Kebutuhan ini sebanding dengan kebutuhan harga diri dan perwujudan diri. Dalam kebutuhan ini akan dikombinasikan kedua kebutuhan ini. Walaupun dilihat dari masing-masing yang amat berbeda. Akan tetapi, fokus perhatian dan perkembangan, maka cara pengkombinasian ini dapat diterima. Bila kebutuhan ini dapat dipenuhi, diikuti pribadi yang berangkutan mendorong dirinya utnuk secara penuh mengembangkan kapasitas pribadinya sendiri.
f.       Douglas McGregor dengan Teori X dan Y
Mengungkapkan dua cara yang dapat dilakukan dalam mendalami perilaku manusia, yang terkandung dakam teori X (teori konvensional) dan teori Y (teori potensial) .
Prinsip teori X didasarkan pada pola piker konvensional yang ortodoks, dan menyorot negatif perilaku manusia. Teori ini memandang manusia dengan kaca mata gelap dan buram yang menganggap manusia itu: (1) malas dan tidak suka bekerja, (2) kurang bisa bekerja keras, menghindar dari tanggung jawab, (3) mementingkan diri sendiri dan tidak mau peduli pada orang lain, karena itu bekerja lebih suka dituntun dan diawasi. (4) kurang suka menerima perbuatan dan ingin tetap seperti yang dahulu.
Prinsip umum teori Y amat jauh berbeda dari teori X. teori ini dapat dikatakan merupakan suatu revolusi pola pikir dalam memandang manusia secara optimis, karena itu disebut sebagai teori potensial. Sedangkan teori Y memandang manusia itu pada dasarnya: (1) rajin, aktif dan mau mencapai prestasi bila kondisi konduktif, (2) sebenarnya mereka dapat produktif, perlu diberi motivasi, (3) selalu ingin berubah dan merasa jemu pada hal-hal yang monoton, (4) dapat berkembang bila diberi kesempatan yang lebih besar.
2.      Teori Motivasi Proses
Teori proses ini berlawanan dengan teori-teori kebutuhan seperti yang diuraikan sebelumnya. Teori proses memusatkan perhatiannya pada bagaimana mativasi terjadi. Ada tiga teori motivasi proses yang lazim dikenal yaitu:
a)      Teori harapan (expectacy theory)
Menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang bekerja giat dalam melaksanakan pekerjaannya bergantung pada hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan dengan kebutuhan dari hasil pekerjaan itu. Bila keyakinan yang diharapkan cukup besar untuk memperoleh kepuasannya, ia akan bekerja keras pula dan sebaliknya. Teori harapan didasarkan atas: harapan, nilai dan peraturan.
b)     Teori keadilan (equity theory)
Menekankan bahwa ego manusia selalu mendambakan keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relatif sama. Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat seseorang. Pemberian kompensasi atau hukuman harus berdasarkan penilaian yang objektif dan adil.
c)      Teori pengukuhan (reinforcement theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat perilaku dengan memberikan kompensasi. Misalnya seorang siswa dapat naik kelas apabila nilai rapornya bagus. Teori pengukuhan terdiri dari dua jenis yaitu pengukuhan positif dan pengukuhan negatif. Jadi, prinsipnya pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi respons.

1 komentar: