Minggu, 12 Februari 2012

Hasil Belajar


Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Suharsimi Arikunto, 2001)
Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui berbagai kegiatan belajar. Selanjutnya, dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Nana Sudjana (2002: 22) ”Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan hasil yang akan dicapai manusia dari pengalaman belajar. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, manusia selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, seorang siswa melakukan kegiatan belajar selalu menginginkan keberhasilan di dalam belajarnya. Dalam dunia pendidikan keberhasilan belajar disebut hasil belajar.
Daya tarik pembelajaran dikur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang sturi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak dapat dikaikan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.
Keefektifan pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajarai atau sering disebut tingkat ksalahan, kecepatan unjuk kerja, tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Benyamin S. Bloom (Hamzah B. Uno, 2008: 35-38)”memilah taksonomi pembelajaran yang merupakan ranah hasil pembelajaran dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan yang terakhir adalah evaluasi.”
Menurut Nana Sudjana (2002:50) “Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah, namun hasil belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar yang lebih tinggi”.
Pemahaman disini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Tingkat pemahaman dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu sbb.
Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum, pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalalmnya. Misal, memahami makna inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan lambang Negara, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, dll. Kedua, pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Ketiga pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik tertulis, tersirat dan tersurat, mermalkan sesuatu, atau memperluas wawasan. (ibid, 2002:50-51)
Penerapan diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai permasalahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum tertentu untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Aplikasi atau penerapan ini merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi nketimbang pemahaman.
Tipe hasil belajar selanjutnya adalah analisis, ( ibid, 2002: 52) ”Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-again yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatan/hirarki”. Analisis merupakan tipe belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang dapat mengkreasikan sesuatu yang baru.
Sintesis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang menyeluruh. Dengan sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih mudah.
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki. (ibid, 2002: 52) “Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya”. Hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi karena dalam proses ini diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Seseorang akan membandingkan kriteria dengan sesuatu yang nampak/aktual/terjadi sehingga untuk kemudian mendorong seseorang untuk menentukan putusan tau pilihan tentang nilai sesuatu tersebut
Selanjutnya akan dibahas mengenai ranah afektif, dimana ranah ini berkaitan dengan sikap atau nilai, interest, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tipe hasil belajar afektif ini akan tampak pada tingkah laku siswa seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, dll. Nana Sudjana menglasifikasikan hasil belajar pada ranah afektif menjadi enam tingkatan dari yang paling sederhana hingga paling kompleks, yaitu.
a.    Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan(stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Receiving atau attenting sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek.
b.    Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c.    Valuing (penilaian). Yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulas tadi. Dalam evaluasi ini terasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengetahuan untuk menerima nilai, dan kesepakatan teradap nilai tersebut.
d.   Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai.
e.    Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterampilan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. (2002:53)

Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaiatan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Menurut Anas Sudijono (2005: 58) ”Hasil belajar psikomotori ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif”. Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektifnya. Sebagaimana kedua domain yang lain, domain ini juga mempunyai beberapa tingkatan. Urutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks adalah : persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatam, mekanisme, respon terimbing, kemahiran, adaptasi, dan originasi (Hamzah B.Uno, 2008: 38). Nana Sudjana (2002: 54-55) membedakan tingkat keterampilan menjadi enam tingkatan, yaitu.
a.       Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
b.      Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c.       Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, dan motoris.
d.      Kemampuan di bidang fisik,misalnya kekuatan, keharrmonisan, dan ketepatan.
e.       Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks.
f.          Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi ekspresif dan interpretatif.
“Tipe hasil belajar di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya”( ibid, 2002:54).
Untuk menilai berhasil atau tidaknya seseorang dalam suatu proses pembelajaran, maka dilakukanlah evaluasi hasil belajar yang akan menghasilkan nilai-nilai hasil belajar untuk masing-masing individu siswa. Anas Sudijono (2005) menuturkan bahwa dalam usaha untuk menilai hasil belajar peserta didik, pendidik mengadakan pengukuran terhadap peserta didik dengan menggunakan alat pengukur berupa tes atau ujian, bentuk ujian bisa berupa ujian tertulis maupun lisan.
Hasil belajar ekonomi pada dasarnya merupakan dampak dari proses pembelajaran ekonomi. Hal ini berarti hasil belajar ekonomi para siswa tergantung juga pada proses pembelajaran yang dipandu oleh seorang guru. Jadi dalam suatu proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana yang mendukung serta memberikan pengalaman yang menarik terhadap siswa sehingga pada akhirnya siswa mampu menyerap materi yang diberikan guru dengan lebih baik. Model Quantum Teaching ini adalah salah satu model yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berpartisipasi dalam belajar sehingga dalam pembelajaran seorang siswa akan memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan. Hal tersebut maka secara tidak langsung akan mampu mempengaruhi daya serap siswa yang baik dan pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar.
Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah ranah kognitif yaitu ranah yang menyangkut kegiatan otak (mental).  Sehingga dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang dinyatakan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah menempuh tes evaluasi.

3 komentar: