Hasil
Belajar
Belajar
dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu
tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat menentukan
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil
belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam
menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Suharsimi Arikunto,
2001)
Hasil belajar memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui berbagai kegiatan belajar. Selanjutnya, dari informasi
tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut,
baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Nana Sudjana (2002:
22) ”Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
hasil belajar merupakan hasil yang akan dicapai manusia dari pengalaman
belajar. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, manusia selalu berusaha untuk
mencapai keberhasilan. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah,
seorang siswa melakukan kegiatan belajar selalu menginginkan keberhasilan di
dalam belajarnya. Dalam dunia pendidikan keberhasilan belajar disebut hasil
belajar.
Daya tarik pembelajaran dikur
dengan mengamati kecenderungan siswa untuk terus belajar. Daya tarik
pembelajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang sturi, dimana kualitas
pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran
kecenderungan siswa untuk terus atau tidak dapat dikaikan dengan proses
pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.
Keefektifan pembelajaran
diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Aspek penting yang dapat dipakai untuk
mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu kecermatan penguasaan perilaku
yang dipelajarai atau sering disebut tingkat ksalahan, kecepatan unjuk kerja,
tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Benyamin S. Bloom (Hamzah B.
Uno, 2008: 35-38)”memilah taksonomi pembelajaran yang merupakan ranah hasil
pembelajaran dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah
kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses
mental yang berawal dari tingkat pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan yang terakhir adalah evaluasi.”
Menurut Nana Sudjana (2002:50)
“Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah,
namun hasil belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan
mempelajari tipe hasil belajar yang lebih tinggi”.
Pemahaman disini diartikan
kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya. Tingkat pemahaman dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu sbb.
Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum, pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan
memahami makna yang terkandung di dalalmnya. Misal, memahami makna inggris ke
dalam bahasa Indonesia, mengartikan lambang Negara, mengartikan Bhineka Tunggal
Ika, dll. Kedua, pemahaman penafsiran,
misalnya memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan
yang pokok dan yang bukan pokok. Ketiga pemahaman
ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik tertulis, tersirat dan
tersurat, mermalkan sesuatu, atau memperluas wawasan. (ibid, 2002:50-51)
Penerapan diartikan kemampuan
seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai permasalahan
yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menggunakan rumus tertentu,
menerapkan suatu dalil atau hukum tertentu untuk memecahkan suatu permasalahan
yang dihadapi. Aplikasi atau penerapan ini merupakan proses berpikir setingkat
lebih tinggi nketimbang pemahaman.
Tipe hasil belajar selanjutnya
adalah analisis, ( ibid, 2002: 52) ”Analisis adalah kesanggupan memecah,
mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau
bagian-again yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatan/hirarki”. Analisis
merupakan tipe belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil
belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Bila kemampuan
analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang dapat mengkreasikan sesuatu
yang baru.
Sintesis
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai
elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang
menyeluruh. Dengan sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk menemukan
sesuatu yang baru (inovatif) akan
lebih mudah.
Evaluasi
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan
yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki. (ibid, 2002:
52) “Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung semua
tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya”. Hasil belajar ini
dikategorikan paling tinggi karena dalam proses ini diperlukan kemampuan yang
mendahuluinya, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan
sintesis. Seseorang akan membandingkan kriteria dengan sesuatu yang
nampak/aktual/terjadi sehingga untuk kemudian mendorong seseorang untuk
menentukan putusan tau pilihan tentang nilai sesuatu tersebut
Selanjutnya
akan dibahas mengenai ranah afektif, dimana ranah ini berkaitan dengan sikap
atau nilai, interest, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial.
Tipe hasil belajar afektif ini akan tampak pada tingkah laku siswa seperti
atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai
guru dan teman sekelas, dll. Nana Sudjana menglasifikasikan hasil belajar pada
ranah afektif menjadi enam tingkatan dari yang paling sederhana hingga paling
kompleks, yaitu.
a.
Receiving/attending,
yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan(stimulasi) dari luar yang
datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Dalam tipe ini
termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi
gejala atau rangsangan dari luar. Receiving atau attenting sering diberi
pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek.
b.
Responding
atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang
datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan
dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c.
Valuing
(penilaian). Yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulas tadi. Dalam evaluasi ini terasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai,
latar belakang atau pengetahuan untuk menerima nilai, dan kesepakatan teradap
nilai tersebut.
d.
Organisasi, yakni pengembangan nilai ke
dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan
nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang
termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada
sistem nilai.
e.
Karakteristik nilai atau internalisasi
nilai yakni keterampilan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini termasuk
keseluruhan nilai dan karakteristiknya. (2002:53)
Ranah
psikomotor mencakup tujuan yang berkaiatan dengan keterampilan (skill) yang
bersifat manual atau motorik. Menurut Anas Sudijono (2005: 58) ”Hasil belajar
psikomotori ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif”. Hasil
belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila
siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektifnya. Sebagaimana kedua domain
yang lain, domain ini juga mempunyai beberapa tingkatan. Urutan dari yang
paling sederhana ke yang paling kompleks adalah : persepsi, kesiapan melakukan
suatu kegiatam, mekanisme, respon terimbing, kemahiran, adaptasi, dan originasi
(Hamzah B.Uno, 2008: 38). Nana Sudjana (2002: 54-55) membedakan tingkat keterampilan
menjadi enam tingkatan, yaitu.
a.
Gerakan refleks (keterampilan pada
gerakan yang tidak sadar).
b.
Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c.
Kemampuan perseptual termasuk di
dalamnya membedakan visual, auditif, dan motoris.
d.
Kemampuan di bidang fisik,misalnya
kekuatan, keharrmonisan, dan ketepatan.
e.
Gerakan-gerakan skill, mulai dari
keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks.
f.
Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
ekspresif dan interpretatif.
“Tipe
hasil belajar di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu
berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang
berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula
sikap dan perilakunya”( ibid, 2002:54).
Untuk
menilai berhasil atau tidaknya seseorang dalam suatu proses pembelajaran, maka
dilakukanlah evaluasi hasil belajar yang akan menghasilkan nilai-nilai hasil
belajar untuk masing-masing individu siswa. Anas Sudijono (2005) menuturkan
bahwa dalam usaha untuk menilai hasil belajar peserta didik, pendidik
mengadakan pengukuran terhadap peserta didik dengan menggunakan alat pengukur
berupa tes atau ujian, bentuk ujian bisa berupa ujian tertulis maupun lisan.
Hasil
belajar ekonomi pada dasarnya merupakan dampak dari proses pembelajaran
ekonomi. Hal ini berarti hasil belajar ekonomi para siswa tergantung juga pada
proses pembelajaran yang dipandu oleh seorang guru. Jadi dalam suatu proses
pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana yang mendukung serta
memberikan pengalaman yang menarik terhadap siswa sehingga pada akhirnya siswa
mampu menyerap materi yang diberikan guru dengan lebih baik. Model Quantum Teaching ini adalah salah satu
model yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
berpartisipasi dalam belajar sehingga dalam pembelajaran seorang siswa akan
memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan. Hal tersebut maka secara tidak
langsung akan mampu mempengaruhi daya serap siswa yang baik dan pada akhirnya
mampu meningkatkan hasil belajar.
Dalam
penelitian ini, yang akan diteliti adalah ranah kognitif yaitu ranah yang
menyangkut kegiatan otak (mental).
Sehingga dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif ini berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang dinyatakan dengan nilai yang diperoleh
siswa setelah menempuh tes evaluasi.
sangat membantu postingannya....makasihnya...
BalasHapusdaftar pustakanya apa saja??
BalasHapuscari sudjana 2002
BalasHapus