A. Definisi dan Konsep Kebijakan
Moneter
Jumlah uang yang beredar tidak
boleh terlalu berlebihan atau kurang pengendalian jumlah uang yang beredar
perlu dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas harga dan
pertumbuhan ekonomi, serta pengendalian terhadap kegiatan kredit. Kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar inilah
yang dinamakan dengan kebijakan moneter. Kontribusi kebijakan moneter terhadap
stabilitas harga yang sangat penting artinya untuk menekan tingkat inflasi.
Pertumbuhan jumlah uang yang beredar sebiaknya mengikuti pertumbuhan ekonomi,
sehingga secara tidak langsung dapat menekan tingkat pengangguran. Bank sentral
selalu pelaksana kebijakan moneter dapat menjalankan kebijakan baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Kebijakan moneter dianggap kebih
baik sebagai alat stabilitas kegiatan ekonomi oleh Negara karena
1.
Tidak menimbulkan masalah crowding out
2.
Decision lag-nya tidak terlalu lama
sehingga waktu pelaksanaan kebijakan dapat disesuaikan dengan masalah ekonomi
yang dihadapi
3.
Tidak menimbulkan beban kepada generasi
yang akan datang dalam bentuk keperluan untuk membayar bunga dan mencicil utang
pemerintah
Dari
paparan di atas definisi yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya
mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan
dengan mengatur jumlah uang beredar. Kondisi kebih baik disini adalah dengan
meningkatnya output keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga.
Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan
ekonomi untuk terus tumbuh sekaligus mengendalikan inflasi. Jika yang dilakukan
adalah menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah dikatakan menempuh
kebijakan moneter ekspansif. Sebaliknya, jika jumlah uang beredar dikurangi,
pemerintah menempuh kebijakan kontraktif atau biasa pula dikenal sebagai
kebijakan uang ketat.
Selain
itu kebijakan moneter dapat pula berarti sebagai peraturan dan ketentuan yang
dikeluarkan dalam mengatur penawaran uang dan tingkat bunga, kebijakan ini
dilakukan oleh Bank Sentral (BI). Agar ekonomi tumbuh lebih cepat, bank sentral
bisa memberikan lebih banyak kredit kepada sistem perbankan melalui operasi
pasar terbuka, atau bank sentral menurunkan persyaratan cadangan dari bank-bank
atau menurunkan tingkat diskonto, yang harus dibayar oleh bank jika hendak
meminjam dari bank sentral. Akan tetapi apabila ekonomi tumbuh terlalu cepat
dan inflasi menjadi masalah yang semakin besar, maka bank sentral dapat
melakukan operasi pasar terbuka (open market operation), menarik uang dari
sistem perbankan, menaikkan persyaratan cadangan minimum (reserve requirement)
atau menaikkan diskonto (interest or discount rate), sehingga dengan demikian
akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. instrumen kebijakan moneter lain
berkisar dari kebijakan kredit selektif samapai moral suasion, suatu kebijakan
yang sederhana, tetapi sering sangat efektif. Kebijakan moneter dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
1.
Kebijakan moneter yang bersifat
kuantitatif, yaitu kebijakan umum yang bertujuan untuk mempengaruhi jumlah
penawaran uang dan tingkat bunga dalam perekonomian.
a.
Operasi pasar terbuka
b.
Mengubah persyaratan cadangan minimum
(reserve requirement)
c.
Mengubah tingkat suku bunga (discount
rate)
2.
Kebijakan moneter yang bersifat
kualitatif
a.
Pengawasan pinjaman selektif, yaitu
menentukan jenis-jenis pinjaman mana yang harus dikurangi atau dihalakkan.
b.
Pembujukan moral yaitu bank sentral
menghimbau serta membujuk kepada bank-bank untuk melakukan suatu hal yang
diarahkan, misalnya pada saat terlalu banyak jumlah uang yang beredar, bank
sentral bisa membujuk kepda bank untuk mengurangi penyaluran kreditnya.
Banyak
faktor yang mempengaruhi pemerintah dan sistem bank dalam menentukan jumlah
penawaran uang pada suatu waktu tertentu. Tingkat bunga tidak mempunyai peranan
dalam menentukan jumlah uang yang ditawarkan pada suatu waktu tertentu.
Perubahan tingkat bunga dalam analisis parsial saat ada pergeseran baik
permintaan dan penawaran uang. Kebijakan moneter dijalankan dalam rangkaian
perubahan perekonomian yang pada akhirnya menyebabkan perubahan pendapatan
nasional dan penggunaan tenaga kerja.
B. Manajemen Moneter Konvensional
Adanya ketidakteraturan dan
hubungan antar variabel dalam perekonomian sering kali menjadikan kita sulit
untuk mengidentifikasi alur suatu kebijakan moneter mencapai tujuannya.
Sehingga banyak pihak masih melihat bahwa mekanisme moneter seperti halnya
Black Box. Dengan demikian, perlu kiranya kita sedikit mengurai dan memahami
proses yang terjadi di dalamnya. Pada dasarnya, ada dua paradigma dalam
memahami mekanisme dan transmisi moneter, yakni apa yang disebut dengan
paradigm uang pasif dan paradigm uang aktif. Perbedaan dua paradigma ini
terletak dari penggunaan sasaran operasional yang digunakan dalam mekanisme
moneternya.
a.
Uang pasif
Paradigma
uang pasif percaya bahwa kesenjangan output merupakan kausal utama dalam
mekanisme transmisi. Dalam paradigma ini suku bunga jangka pendek dan nilai
tukar dijadikan sebagai sasaran antara (intermediate objective) yang pada
gilirannya akan mempengaruhi perkembangan besaran permintaan, kesenjangan
output dan ekspektasi inflasi.
Dalam
paradigma uang pasif ini uang dinyatakan sebagai variabel endogen4 dimana
otoritas moneter tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk mengatur jumlah
uang beredar. Asumsi yang digunakan dalam paradigma endogenous konvensional ini
adalah
·
Jumlah uang yang beredar adalah dependen
(tergantung) terhadap tingkat suku bunga, uang adalah variabel endogen
·
Instrumen moneter yang dijadikan sasaran
operasional bank sentral bukanlah jumlah uang beredar melainkan suku bunga.
Sasaran
pokok yang ingin dicapai oleh paradigma ini adalah tercapainya target inflasi
yang ditetapkan sebelumnya (price targeting) dengan menggunakan sasaran suku
bunga jangka pendek sebagai instrumen moneternya.
b.
Uang Aktif
Paradigma
uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan penyebab utama dalam mekanisme
transmisi moneter. Dalam paradigma ini, suku bunga dianggap sebagai variabel
biasa yang terjadi dalam mekanisme transmisi moneter. Penganut dari paradigma
ini adalah Milton Friedman. Paradigma uang aktif secara sederhana dapat
dijelaskan dengan teori kuantitas (quantity theory of money). Teori yang
diajukan oleh Irving Fisher dengan MV = VT merupakan dasar pijakan utama dalam
paradigma uang aktif ini. Bahwa perubahan %M + dengan %V sebanding dengan
perubahan %P + %T. dalam pandangan ini diasumsikan bahwa M secara penuh mampu
dikembalikan oleh otoritas moneter sedangkan nilai V adalah konstan. Sehingga,
jumlah uang beredar merupakan sarana yang aktif dijadikan pemerintah sebagai
instrumen moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi.
Paradigma
uang aktif dalam teori konvensional menganggap bahwa uang sebagai variabel
eksogen yang bentuk kurva penawarannya bersifat inelastic sempurna. Sasaran
pokok yang ingin dicapai dari kebijakan dengan paradigma ini adalah
terkendalinya tingkat inflasi dengan menggunakan besaran moneter (jumlah uang
beredar) sebagai sasaran operasional.
C. Manajemen Moneter Islam
Dasar pemikiran dari manajemen
moneter dalam konsep islam adalah terciptanya stabilitas permintaan uang dan
mengarahkan permintaan uang tersebut kepada tujuan yang penting dan produktif.
Sehingga, setiap instrumen yang akan mengarahkan kepada instabilitas dan
pengalokasian sumber data yang tidak produktif akan ditinggalkan. Dalam teori
Keynes telah dikenal bahwa adanya permintaan spekulatif akan uang pada dasarnya
dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga (the theory of liquidity preference).
Npergerakan suku bunga merupakan refleksi pergerakan permintaan uang untuk
spekulatif. Semakin tinggi permintaan uang untuk spekulatif, maka semakin rendah
tingkat bunga yang berlaku di pasar. Begitu juga sebaliknya. Apabila permintaan
uang spekulatif menurun, maka suku bunga akan relatif meningkat. penghapusan
suku bunga dan adanya kewajiban pembayaran pajak atas biaya produktif yang
menganggur dalam manajemen moneter islam akan menghilangkan insentif orang
untuk memegang uang yang menganggur (idle fund) sehingga mendorong orang untuk
melakukan
·
Qard (meminjamkan harta kepada orang
lain)
·
Penjualan muajjal
·
Mudharobah
Para
pemilik dana akan menginvestasikan dananya pada kegiatan yang memberikan
keuntungan actual terbesar (actual return), jadi semakin tinggi permintaan uang
untuk investasi di sektor riil atau kebutuhan akan persediaan dana untuk
invests semakin besar, maka tingkat keuntungan harapan yang akan diberikan
relatif menurun. Karena besarnya tingkat actual return ini tidak berfluktuasi
seperti halnya suku bunga maka akan menjadikan permintaan uang akan lebih
stabil. Penggunaan bunga sebagai opportunity cost tidak memberikan jaminan
terhadap penggunaan dana yang tersedia.
Dalam
kata lain, tidak ada mekanisme kontrol dari suku bunga dalam mengalokasikan
untuk apa dana pinjaman tersebut digunakan. Disatu sisi, bungan merupakan biaya
modal (cost of capital) yang sudah pasti harus dibayar dimasa yang akan datang,
peristiwa ini menjadikan para peminjam dana berusaha untuk mendapatkan nilai
tambah dana tersebut guna menutupi biaya bunga. Jika tidak ada mekanisme
kontrol disertai dengan rentannya fluktuasi suku bunga, maka memungkinkan dana
akan dialokasikan untuk usaha-usaha yang tidak bersinggungan dengan sektor
riil. Karena dasar pengambilan keputusan mereka bukanlah nilai tambah di sektor
riil, akan tetapi nilai tambah akan uang yang bisa didapatkan dari dunia maya
dan bukan sektor riil.
Dalam
strategi manajemen moneter islam, ketika ada penurunan actual return dari
investasi sektor riil (kondisi ekonomi sedang lesu), maka hal ini akan direspon
oleh para pemegang dana untuk mengurangi investasinya dan cenderung lebih
senang memegang uang kas riil. Dan apabila itu terjadi, kebijakan yang akan
ditempuh pemerintah adalah meningkatkan biaya atas aset atau dana yang tidak
digunakan (dues of idle fund). Kebijakan ini akan memposisikan pemilik dana
menanggung sejumlah biaya dari pengangguran uang. Akibatnya mereka akan
menginvestasikan uangnya dan menurunkan permintaan uang kas riil.
Strategi
dasar dalam menajemen islam menurut mazhab kedua (mazhab mainstream) adalah
a)
Tidak adanya suku bunga sebagai biaya
dari modal (cost of capital) dan dikenakannya pajak bagi aset produksi yang
dibiarkan menganggur atau tidak digunakan (dues on idle fund), hal ini
bertujuan untuk mendorong pemilik modal untuk menginvestasikan sejumlah
kekayaannya pada sektor riil yang produktif.
b)
Adanya mekanisme sistem bagi hasil dalam
transaksi syirkah akan memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk
secara bersama-sama ikut serta dalam kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya
terjadi kesempatan kerja dan distribusi pendapatan dapat tercapai. Pemerataan
pendapatan akan terealisasikan ketika kesempatan berusaha dapat dimiliki oleh
semua orang.
c)
Terciptanya kepastian berusaha yang di
dukung dengan tidak adanya suku bunga yang ditentukan di muka dalam transaksi
pinjam-meminjam. Sedangkan satu-satunya perhitungan biaya dana pinjam yang
ditentukan di muka adalah perhitungan risiko bagi hasil (profit sharing ratio)
sedangkan besarnya keuntungan yang harus ditanggung oleh peminjam dana adalah
besarnya nisbah bagi hasil dikalikan dengan keuntungan actual yang didapat.
Kondisi ini dapat memungkinkan terciptanya kepastian berusaha bagi peminjaman
dana karena mereka akan membayar tambahan bagi hasil sesuai dengan keuntungan
yang diperoleh dari usahanya. Karena besarnya profit sharing ratio tidak
berfluktuatif seperti halnya suku bunga maka dunia usaha akan relatif lebih
stabil. Karena profit sharing ratio dibagi berdasarkan pendapatan aktual yang
diterima oleh peminjam dana dan bukan berdasarkan pendapatan ekspektasi seperti
pada bunga
Strategi
dasar manajemen moneter islam menurut mazhab ketiga yaitu
a.
Bahwa penawaran uang (Ms) mengikuti
besarnya permintaan uang (Md) atau dengan kata lain keseimbangan Ms = Md
terlalu terjaga. Sedangkan Md merupakan fungsi dari Permintaan Agregatif (AD).
Dengan kata lain, Ms juga merupakan fungsi dari Pemintaan Agregat (AD).
b.
Bahwa penentuan besarnya Ms yang
merupakan refleksi dari Md ditentuka melalui shuratic process (proses
musyawarah) yang melibatkan para pelaku ekonomi di sektor riil.
c.
Shuratic process akan efektif bila
masyarakat mempunyai pengetahuan yang merata (induced knpwledge).
D. Instrumen Moneter Konvensional
Suatu otoritas mempunyai pengaruh
yang penting, walaupun secara tak langsung terhadap arah tingkat harga, output
dan nilai tukar uang suatu Negara. Otoritas moneter atau bank sentral melakukan
hal tersebut melalui kemampuannya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit
bank serta melalui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit dan
perkembangan sektor financial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik yang
lain adalah kemampuan bank sentral untuk mengendalikan jumlah maksimum suku
bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan tersebut terhadap jumlah
simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan proporsi saham yang dapat
dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu, bank sentral dapat mempunyai
kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersil, kredit perumahan, dan
kredit konstruksi lainnya. Bank sentral tersebut dalam melakukan implementasi
kebijakannya mempunyai empat macam instrumen utama yaitu
1.
Operasi pasar terbuka (open market
operation) atau OMO yang mempengaruhi urang yang beredar
2.
Tikat diskonto (discount rate) atau
fasilitas diskonto yang mempengaruhi biaya
3.
Ketentuan cadangan minimum (reserve
requirement) atau RR yang mempengaruhi jumlah kewajiban minimum dan dana pihak
ketiga yang harus disipan (tidak boleh disalurkan sebagai kredit) oleh bank
4.
Himbauan moral (moral suasion) yang
mempengaruhi tindak-tanduk para banker dan manager senior institusi-institusi
financial dalam kegiatan operasinal keseharian bisnisnnya searah dengan
kepentingan public/pemerintah.
Dikarenakan
adanya jeda waktu (time lag) antara penerapan (implementasi) kebijakan moneter
dengan akibat pada tujuan akhir yang ingin dicapai di dalam menerapkan
kebijakan moneter yang tepat untuk tujuan ekonomi tertentu, maka harus
digunakan suatu sasaran antara sasaran-sasaran antara dan indikator-indikator
yang tepat adalah masalah yang mendasar dalam implementasi kebijakan moneter
sebagaimana hal tersebut juga adalah tuntunan dan panduan bagi pembuat
kebijakan dalam mencapai tujuan akhir.
a.
Open Market Operation
Definisi
open market operation atau operasi pasar terbuka adalah pembelian dan penjualan
surat-surat berharga milik pemerintah (government securities) yang dilakukan
oleh bank sentral. Jika ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka
pemerintah menjual surat-surat berharga. Dengan demikian uang yang ada dalam
measyarakat mengalir ke otoritas moneter, sehingga jumlah uang yang beredar
berkurang. Jika ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah
membeli kembali surat-surat berharga tersebut. Guna lebih mengefektifkan
operasi pasar terbuka ini, Bank Indonesia telah mengembangkan kedua instrumen
tersebut dengan menambahkan fasilitas
repurchase agreement (repo) ke masing-masing instrument, sehingga saat
ini dikenal Sertifikat Bank Indonesia (SBI) repo dan Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU). Biasanya yang digunakan oleh bank sentral sebagai objek operasi pasar
terbuka adalah sekuritas jangka pendek saja.
Di
Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli
Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar Uang. Jika ingin mengurangi
jumlah uang yang beredar pemerintah menjual SBI atau SBPU. Melalui penjualan
SBI atau SBPU, uang yang ada dalam masyarakat ditarik, sehingga jumlah uang
yang beredar berkurang. Biasanya penjualan SBI dan SBPU dilakukan bila jumlah
uang yang beredar sudah terlalu banyak dan dianggap berpotensi untuk mengganggu
stabilitas perekonomian.
Kemudian
bila pemerintah melihat jumlah uang yang beredar perlu ditambah, agar perbankan
lebih mampu memberikan kredit yang akan memacu pertumbuhan ekonomi. melalui
pembelian tersebut pemerintah mengeluarkan uang sehingga menambah jumlah uang
yang beradar. Pada saat bank sentral melakukan kegiatan jual beli sekuritas
pemerintah tersebut, perekonomian akan terpengaruh dalam tiga hal yaitu
1)
Perubahan jumlah giro cadangan (reserve)
institusi financial. Jika Bank Indonesia (BI) membeli 10 triliun obligasi
pemerintah dari institusi penyimpanan financial, maka BI dianggap telah
membayar dengan meningkatkan jumlah cadangan giro institusi tersebut. Institusi
penyimpanan financial tersebut telah mengubah struktur aset dalam
portofolionya. Institusi tersebut sekarang mempunyai kurang Rp 10 triliun dalam
bentuk obligasi pemerintah dan Rp 10 triliun lebih dalam bentuk giro cadangan
BI. BI sekarang mempunyai kenaikkan Rp 10 triliun dalam bentuk obligasi
pemerintah pada asetnya dan kewajibannya meningkat Rp 10 triliun dalam bentuk
cadangan giro dari institusi penyimpanan financial. Lebih jauh dapat dikatakan
bahwa jika hal-hal lainnya tetap, maka jumlah penawaran uang akan meningkat
dalam jumlah tertentu dari pembelian yang dilakukan oleh BI tersebut dimana
tingkat kegiatan perekonomian akan meningkat pula. Sebaliknya, jika BI menjula
obligasi pemerintah, maka akan terjadi hal-hal yang sebaliknya dimana akan
terjadi kontraksi pada penawaran uang yang akan berakibat pada turunnya tingkat
kegiatan perekonomian.
2)
Perubahan harga dan hasil dari sekuritas
apabila terjadi perubahan harga obligasi, maka akan terjadi perubahan dari
hasil obligasi tersebut. Peningkatan pembelian obligasi akan mengakibatkan peningkatan
harga obligasi yang akan mengakibatkan sejumlah penurunan dari hasil obligasi
tersebut, sebaliknya penurunan pembelian obligasi akan menyebabkan turunnya
harga obligasi dan meningkatnya hasil dari obligasi tersebut. Karena bank
sentral adalah pembeli/penjual besar dari sekuritas pemerintah relatif
dibanding pembeli/penjual lainnya
sehingga bank sentral dapat secara langsung mempengaruhi tingkat harga dari
obligasi tersebut, serta secara langsung mempengaruhi tingkat bunga yang
kemudian akan mempengaruhi tingkat suku bunga jangka pendek lainnya.
Pada prinsipnya, bank sentral dapat
mempengaruhi tingkat bunga jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka
panjang dengan melakukan pembelian atau penjualan secara agresif pada
pasar-pasar tersebut. Untuk memelihara suatu tingkat harga tertentu (sekaligus
juga tingkat suku bunga tertentu) dari suatu obligasi, bank sentral hanya perlu
memiliki kesiapan untuk membeli ataupun menjual sekuritas pemerintah dalam
jumlah sebesar yang para pedagang lainnya bersedia untuk menjual atau
membelinya pada harga tersebut.
3)
Perubahan perkiraan dari keseluruhan
perekonomian. Terdapat suatu efek yang dinamakan announcement effect dari
kegiatan operasi pasar terbuka yang dilakukan oleh bank sentral. Para ekonom
dan analisis moneter yang bekerja di bank sentral akan mengamati, menelaah dan
kemudian membuat suatu prediksi tentang bagaimana pengaruh dari pasar operasi
terbuka yang akan terjadi terhadap suatu variabel-variabel ekonomi seperti
tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan juga pada kehidupan keseharian mereka
sendiri.
Dalam
pelaksanaannya, operasi pasar terbuka terdiri dari dua jenis transaksi yaitu
a)
Pembelian dan penjualan lengkap dimana
jika bank sentral menjual sekuritas, maka tidak ada kewajiban bagi bank sentral
membelinya kembali. Begitu juga sebaliknya, bagi pembeli tidak ada kewajiban
menjual kembali kepada bank sentral.
b)
Pembelian di bawah perjanjian pembelian
kembali (REPO) dan penjualan yang sesuai di bawah perjanjian kembali (reserve
REPO). Dalam hal ini, bank sentral membeli sekuritas dari dealer dan dealer sepakat
untuk membeli kembali sekuritas tersebut dengan harga dan waktu tertentu. Dapat
dikatakan bahwa transaksi tersebut adalah pinjaman kepada dealer dan tingkat
suku bunga ditentukan melalui pelelangan diantara dealer. Reserve REPO adalah
sebaliknya, bank sentral menjual sekuritas kepada dealer dan dealer menjual
kembali sekuritas tersebut kepada bank sentral.
Dynamic
OMO didesain untuk mengubah tingkat cadangan dari institusi penyimpanan
financial melalui penjualan dan pembelian sekuritas secara menyeluruh.
Sebaliknya defensive OMO penyesuai/penyeimbang yang ditujukan untuk memelihara
tingkat keseluruhan cadangan dari institusi penyimpanan. Dari waktu ke waktu
perekonomian menghadapi berbagai kejadian baik yang diperkirakan maupun yang
tidak diperkirakan yang secara otomatis dan temporer mengubah cadangan total
dan atau penawaran uang.
b.
Discount Rate
Instrumen
moneter konvensional yang kedua adalah diskonto atau discount rate. Instrumen
moneter ini berkaitan dengan fasilitas yang dimiliki oleh bank-bank untuk
meminjam uang secara langsung kepada bank sentral. Pinjaman tersebut biasanya
berbentuk direct advance atau over draft yang disekuritasi dengan aset-aset
tertentu (biasanya sekuritas pemerintah) pada saat sekarang. Biaya peminjaman
(bunga) dari pinjaman itulah yang disebut discount rate atau fasilitas
diskonto. Fasilitas diskonto ini juga membuat bank-bank yang mengalami
kesulitan dapat memenuhi kekurangan cadangan musimannya tanpa harus mengurangi
portofolio peminjaman atau melakukan penyesuaian-penyesuaian lainnya.
Ketersediaan
kredit juga membebaskan bank-bank (terutama bank-bank kecil dan bank-bank
pinggiran di Indonesia adalah BPR dan DPRS yang biasanya kurang akses dan atau
informasi terhadap pasar uang nasional) untuk harus memegang portofolio aset
likuid (seperti jangka pendek pemerintah) yang mudah dijual untuk memenuhi
kebutuhan peminjam musiman. Akibatnya, bank-bank tersebut dapat menggunakan
bagian yang lebih besar dana yang dapat diserapnya (giro, tabungan dan
deposito) dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan dana kredit oleh
masyarakat dalam basis tahunan. Karena sifat alamiah dari pinjaman musiman,
kredit tersebut sering kali sangat besar pada bank-bank tertentu serta
berlangsung beberapa bulan lamanya. Kredit yang diberikan oleh bank sentral
tersebut biasanya terdiri dari tiga kategori yaitu
1)
Kredit Penyesuaian (adjustment credit),
kredit jenis ini mengijinkan institusi penyimpanan untuk menghadapi aktivitas
peminjaman dan kredit yang tidak terantisipasi
2)
Kredit Musiman (seasonal credit), kredit
jenis ini mengijinkan institusi tertentu (seperti bank pertanian) untuk
mempunyai akses khusus pada jendela diskonto (discount windows) untuk membiayai
aktivitas musiman seperti liburan, musim tanam dan musim panen. Kredit musiman
biasanya disediakan untuk institusi-institusi peminjaman yang tidak mempunyai
akses dan atau informasi ke pasar uang nasional
3)
Kredit Perpanjangan (extended credit),
program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan kredit jangka panjang dari
institusi peminjaman yang sedang menghadapi permasalahan yang diakibatkan oleh
masalah arus kas yang berlarut-larut
c.
Reserve Requirement
Industri
perbankan adalah salah satu industri yang paling banyak dibuat peraturan
tentangnya (heavily regulated industry). Salah satu bentuk pengaturan tersebut
adalah ketentuan cadangan minimum (reserve requirement) yang biasa ditetapkan
berdasarkan suatu undang-undang perbankan yang disahkan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. Peraturan reserve requirement ini dirancang untuk menjamin pemilik uang
atau nasabah penyimpan (deposan) yang menyimpan uangnya di bank akan
mendapatkan uangnya jika ia menarik simpanannya (deposit). Walaupun demikian,
tidak semua dana simpanan tersebut dicadangkan karena bagi bank sendiri
sebenarnya reserve requirement ini merugikan karena idle cash yang diatur oleh
reserve requirement tersebut tidak menghasilkan pendapatan bagi bank. Peraturan
reserve requirement ini sendiri berubah-ubah besaran persentasenya untuk
mengakomodasi dan memfasilitasi peraturan moneter yang berlaku serta untuk
mencapai tujuan atau sasarannya bank sentral.
Dalam
prakteknya reserve requirement ini menentukan berapa besar persentase minimum
dari dana simpanan deposan yang harus dicadangkan oleh pihak bank baik di dalam
kasnya maupun pada rekeningnya di bank sentral. Pada waktu yang lalu dana
cadangan tersebut lebih besar untuk demand deposit (rekening giro) dibandingkan
dengan cadangan untuk time deposit (deposit berjangka), namun pada saat ini
ketentuan reserve requirement ini dihitung berdasarkan simpanan total deposan
tanpa membedakan apakah itu giro, tabungan, ataupun deposito. Di banyak Negara
ketentuan reserve requirement ini oleh bank sentralnya diharuskan agar dihitung
dalam jangka waktu mingguan dan menjadi kewajiban bagi bank-bank untuk
memenuhinya.
d.
Moral Suasion (himbauan moral)
Bank
sentral menggunakan pengaruhnya (kekuatan himbauan moral) untuk mendorong
institusi keuangan dan perbankan agar cenderung berpihak kepada kepentingan
publik. Bank sentral biasanya menggunakan himbauan moral untuk meyakinkan para
banker dan manajer senior institusi-institusi keuangan agar lebih memperhatikan
kepentingan jangka panjang daripada kepentingan jangka pendek institusinya.
Contohnya adalah saat terjadi inflasi, bank sentral dapat menyarankan pada
institusi-institusi keuangan agar mengurangi penyaluran pinjaman (kredit) yang
sekaligus juga bersifat mendinginkan perekonomian yang sedang panas. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, agar tingkat
inflasi dapat turun kembali.
Dalam
prakteknya, himbauan moral dapat ditransformasikan menjadi suatu instrumen yang
sangat hebat yaitu apabila bank sentral mengumumkan bahwa bank sentral akan
mencatat institusi-institusi mana saja yang bekerjasama dan mana yang tidak
meminjamkan pada discount window, dan aka nada mekanisme reward and punishment
bagi institusi yang bekerjasama atau yang tidak mau mengikuti himbauan moral
tersebut. Lebih dari itu, karena bank sentral dapat melarang suatu penggabungan
(merger) bank-bank, bank sentral mempunyai kekuasaan untuk menggunakan himbauan
moral tersebut untuk mencapai sasaran-sasaran dari kebijakan moneter.
e.
Aplikasi Instrumen Moneter Konvensional
di Indonesia
Bank
Indonesia (BI) sebagai bank sentral dan pemegang otoritas moneter di Indonesia,
mempunyai beberapa instrumen moneter yang antara lain sebagai berikut
1)
Operasi pasar terbuka melalui jual beli
sertifikan bank Indonesia (SBI) di pasar uang
2)
Penerapan reserve requirement atau
cadangan minimum pada bank baik bak konvensional maupun bank syariah
3)
Rasio kecukupan modal atau capital
adequency ratio (CAR) yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) (seberas 8% pada
saat ini)
4)
Plafon kredit untuk sektor-sektor
prioritas tertentu seperti sektor usaha kecil dan menengah di daerah pedesaan
5)
Sistem pengawasan perbankan yang memakai
sistem forward looking risk-based supervision yang mengacu pada standar
internasional
6)
Uji kepatutan dan kelayakan (fit and
proper test) yang ditujukan kepada orang-orang yang menduduki posisi penting di
lembaga keuangan dimana orang-orang tersebut harus lulus tes sebelum menduduki
jabatan tersebut
7)
BPMK (Batas Maksimum Pemberian Kredit)
yang ditujukan untuk membatasi pemberian kredit kepada individu atau kelompok
usaha sendiri
E. Instrumen Moneter Islam
a.
Mazhab Pertama (Iqtishaduna)
Menurut
mahzab iqtishaduna tidak diperlukan kebijakan moneter dikarenakan hampir tidak
adanya sistem perbankan dan minimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan
yang memadai untuk melakukan perubahan-perubahan dalam penawaran uang. Selain
itu kredit tidak mempunyai peran dalam penciptaan uang, karena kredit hanya
digunakan diantara para pedagang saja serta peraturan pemerintah tentang surat
peminjaman dan instrumen negosiasi yang dirancang sedemikiam rupa sehingga
tidak memungkinkan sistem kredit dapat menciptakan uang. Sistem yang ditetapkan
oleh pemerintah yang berhubungan dengan konsumsi, tabungan dan investasi telah
menciptakan instrumen otomatis untuk pelaksanaan kebijakan moneter.
b.
Mahzab KEdua (Mainstream)
Instrumen
yang digunakan mahzab kedua untuk mempengaruhi permintaan agregat adalah dengan
dikenakannya biaya atau pajak atas dana atau aset produktif yang menganggur
(dues of idle fund). Peingkatan dues of idle fund akan mengalihkan permintaan
uang yang sedianya ditujukan untuk penimbun uang /aset yang produktif kepada
tujuan uang yang akan meningkatkan produktifitas uang tersebut disektor riil
sehingga investasi meningkat. peningkatan investasi berdampak pada peningkatan perminataan
agregat, sehingga keseimbangan umum yang baru akan berada pada tingkat
pendapatan nasional yang lebih tinggi. Masyarakat diarahkan untuk
mengalokasikan dananya kepada sektor produktif agar dapat memacu pertumbuhan
ekonomi semakin tinggi apabila dana/aset produktif tersebut hanya dibiarkan
menganggur.
c.
Mazhab Ketiga (Alternatif)
Sistem kebijakan
moneter yang diajukan oleh mazhab alternatif adalah syuratiq process yaitu
dimana suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter berdasarkan
musyawarah sebelumnya dengan otoritas sektor riil. Jadi keputusan-keputusan
kebijakan moneter yang dituang dalam bentuk instrumen moneter biasanya adalah
harmonisasi dengan kebijakan-kebijakan sektor riil. Kebijakan di sektor moneter
adalah derivasi dari sektor riil dan harmonisasi dengan sektor riil. Secara
umum manajemen moneter islam yang diajukan oleh mazhab ketiga adalah besarnya
jumlah penawaran uang mengikuti permintaan uang dari masyarakat. Hal ini agar
tidak ada kesenjangan antara sektor riil dan sektor moneter.
Harmonisasi antara sektor riil dan moneter akan
menghasilkan suatu kurva jangka panjang dari penawaran uang (Ms) dan permintaan
uang (Md) pendapatan nasional (Y). jika terjadi peningkatan permintaan agregat
sebagai akibat dari peningkatan-peningkatan pada konsumi atau ekspor bersih
(nett export) atau tingkat investasi atau tingkat belanja pemerintah, maka akan
terjadi kenaikan permintaan uang (Md 1 ke Md 2) di pasar uang. Respon otoritas
moneter akan meningkatkan penawaran uang dar Ms 1 ke Ms 2 (kebijakan yang
harmonis dengan sektor riil). Jika kemudian terjadi lagi peningkatan permintaan
uang (Md), maka otoritas moneter akan merespon hal yang sama yang meningkatkan
lagi penawaran uang (Ms).
kesaksian nyata dan kabar baik !!!
BalasHapusNama saya mohammad, saya baru saja menerima pinjaman saya dan telah dipindahkan ke rekening bank saya, beberapa hari yang lalu saya melamar ke Perusahaan Pinjaman Dangote melalui Lady Jane (Ladyjanealice@gmail.com), saya bertanya kepada Lady jane tentang persyaratan Dangote Loan Perusahaan dan wanita jane mengatakan kepada saya bahwa jika saya memiliki semua persyarataan bahwa pinjaman saya akan ditransfer kepada saya tanpa penundaan
Dan percayalah sekarang karena pinjaman rp11milyar saya dengan tingkat bunga 2% untuk bisnis Tambang Batubara saya baru saja disetujui dan dipindahkan ke akun saya, ini adalah mimpi yang akan datang, saya berjanji kepada Lady jane bahwa saya akan mengatakan kepada dunia apakah ini benar? dan saya akan memberitahu dunia sekarang karena ini benar
Anda tidak perlu membayar biayaa pendaftaran, biaya lisensi, mematuhi Perusahaan Pinjaman Dangote dan Anda akan mendapatkan pinjaman Anda
untuk lebih jelasnya hubungi saya via email: mahammadismali234@gmail.comdan hubungi Dangote Loan Company untuk pinjaman Anda sekarang melalui email Dangotegrouploandepartment@gmail.com
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut